Cerpen
(Cerpen) Friendzone
Sahabat,
orang bilang sahabat itu adalah segala sesuatu yang dilakukan bersama-sama
dengan teman disetiap momen. Mau susah, senang, suka maupun duka dilalui
bersama dengan saling menopang satu sama lain. Iya, kami sama seperti itu.
Kami, yaitu aku dan Fira merupakan sahabat yang sesuai dengan definisi tadi.
Kami sudah dari umur 13 tahun hingga saat ini menginjak umur 19 tahun. Namun, 3
tahun belakangan ini aku telah memendam rasa dengan Fira. Ya, karena kami
selalu bersama dan saling bertukar perhatian jadinya tumbuh benih-benih cinta
dalam hatiku. Tapi aku tidak berani mengungkapkannya karena aku tidak ingin
merusak persahabatan ini.
(Kringgg.....)
“Hallo Fir, ada apa ya?”
“Hari ini kamu kosong nggak Wan? Temani aku beli
coklat yuk sekarang.”
“Oh kosong kok, oke deh aku jemput kamu sekarang
ya.”
Seperti
itu lah, mulai dari urusan kecil sampai urusan besar kami selalu saling
menemani satu sama lain.
(Tok tok tok....)
“Firaaa....”
“Eh Wawan udah dateng, ayok berangkat sekarang.”
“Buat apa sih beli coklat? Perasaan kamu enggak suka
coklat karena takut gemuk ya?”
“Hehe aku beli coklat bukan buat aku kok, tapi buat
Rendy.”
Rendy,
pria tampan nan kaya yang akhir-akhir ini memang sering dicurahkan oleh Fira
kepadaku. Pria playboy yang dulu merupakan kakak kelas kami sewaktu SMP ini
memang lagi dekat dengan Fira. Jujur hati kesal dan cemburu ini tak boleh
terlihat sedikitpun dalam raut wajah ataupun kelakuanku agar Fira tidak curiga
dan tetap nyaman menceritakan semua kedekatannya kepadaku.
Selagi
Fira memilih coklat mana yang akan ia beli, aku menyodorkan es krim kesukaan
dia.
“Pasti kamu haus kan? Nih aku beli es krim
kesukaanmu.” Ucapku,
“Wah, kamu tau banget ya kesukaanku. Makasih ya Wan.
Oh iya, aku udah beli coklatnya nih, kita langsung pulang ya.” Sahut Fira,
“Tumbenan kamu minta langsung pulang. Biasanya makan
dulu ke kafe siang gini.” Jawabku,
Hari
itu kami pulang lebih awal karena permintaan Fira. Padahal jarum jam baru
mengarah diangka 1 dan juga cuaca panas ini sedang terik-teriknya, dia
memintaku untuk mengantarnya pulang ke rumah. Aku hanya menuruti saja
permintaan Fira itu.
Aku
pun pulang ke rumah dan merebahkan tubuhku yang lemas ini setelah sebelumnya mengantarkan
Fira pulang terlebih dahulu. Entah apa yang akan Fira rencanakan setelah ini,
aku tidak mengetahuinya karena Fira tidak menceritakannya.
“Wan... ada Fira tuh diluar. Keluar gih temuin
Fira.”
Aku
terbangun karena perkataan Ibu yang begitu keras. Ternyata waktu sudah
menunjukkan pukul 5 sore, wah lama juga aku tertidur. Aku segera cuci muka dan
menuju depan rumah untuk menemui Fira.
“Eh Fira, ada apa Fir sore-sore kemari?” Tanyaku,
“Enggak ada apa-apa kok aku mau cerita aja sama
kamu.” Jawab Fira,
“Ya udah sok atuh pake bilang mau cerita segala,
orang biasanya aja kamu langsung nyerocos gitu aja kalo ketemu.”
“Hehe soalnya aku lagi seneng hari ini.”
“Wah pantesan jadi gitu. Ada apa hayo coba ceritakan.”
“Hehe iya iya. Tadi tuh aku minta pulang cepet
karena ada janji sama Rendy mau ketemuan. Terus sukses deh ketemuannya dan
Rendy suka sama coklat pemberianku. Terus Rendy juga bilang kalo dia sayang
sama aku terus...”
“Terus dia nembak kamu? Terus kamu terima?”
Potongku,
“Hih nyerobot aja omongan orang-_-, iya dia nembak
aku. Ya aku terima lah, soalnya aku juga suka sama Rendy hehe dia ganteng
banget.”
“Apa enggak terlalu cepat kalian pacaran? Kan baru 2
minggu pendekatannya, terus juga dia kan terkenal playboy sejak SMP.”
“Enggak papa lah, namanya juga suka hehe, masalah
playboy udah enggak kok, Rendy bilang sendiri sama aku. Ya udah ya aku pulang,
udah mau maghrib. Lagian aku kesini cuma mau cerita itu aja. Dadah Wawan.”
“Astaga, dasar Fira pamer aja -_-“
Hatiku
hancur mendengar cerita dari Fira itu. Ternyata mereka sudah berpacaran. Tapi
aku masih penasaran dengan Rendy, apakah benar dia sudah tak lagi playboy? Aku
tidak mau kalo Rendy mempermainkan sahabatku ini. Mulai saat ini aku akan
menyelidiki profil Rendy. Aku telusuri mulai dari akun sosial medianya,
sesekali juga aku melewati rumahnya, tapi ternyata aman. Tidak ada tanda-tanda
mencurigakan dari sang playboy ini.
5
bulan sudah mereka berpacaran, dan selama itu juga aku selalu mendengarkan
curahan hati dari Fira tentang Rendy. Sial, selama itu juga aku harus memendam
rasa cemburu yang bergejolak ini. Sampai akhirnya saat malam hari di jalan aku
melihat Rendy sedang berboncengan dengan seorang perempuan. Setelah aku lihat,
ternyata itu bukan Fira, melainkan orang lain yang tidak aku kenal. Terus aku
ikuti perginya, sampai di rumah Rendy mereka masuk bersama. Mulai saat itu aku
menyelidiki kemanapun Rendy pergi.
Keesokan
harinya, ketika aku sedang asyik nongkrong dengan temanku. Iya temanku, cowok,
namanya Joko, dan bukan dengan Fira lagi aku pergi. Sejak Fira memiliki pacar,
dia menjadi sedikit jaga jarak denganku dan aku menghormati keputusannya itu.
Aku menghabiskan malam itu hanya bersama Joko.
“Sebentar ya teman, aku ke toilet dulu. Udah gak
tahan.” Ucapku,
“Haha iya sudah sana. Jangan lama-lama!” Jawab Joko,
Ketika
sedang menuju ke toilet, aku seperti melihat sosok Rendy yang berada di kursi
pojok sana bersama seorang perempuan yang waktu itu aku lihat sedang
berboncengan dengannya kemarin. Aku berinisiatif untuk memotret mereka berdua
dan memberikannya ke Fira sebagai bukti bahwa ternyata Rendy masih playboy dan
belum berubah.
“Hoy, ayo cepat kita pulang sekarang. Aku ada
urusan.” Pintaku,
“Cepet amat Wan, ada apa ya?” Tanya Joko,
“Udah nanti aja aku ceritain, sekarang kita ke rumah
Fira dulu aja deh, baru pulang.”
Setelah
sampai di rumah Fira, aku segera menceritakan dan menunjukkan apa yang sudah
aku lihat di kafe tadi.
“Oh jadi ini, pantesan kamu minta buru-buru kemari.”
Ucap Joko,
“Ini apa-apaan! Siapa ini Wan? Siapa perempuan yang
bersama Rendy itu? Aku tidak mengenalnya dan Rendy tidak cerita apa-apa ke
aku.” Ujar Fira,
“Aku juga enggak tau siapa, tapi itulah yang aku
lihat. Makanya aku kasih tau ke kamu. Kayanya Rendy memang masih playboy deh.”
Jawabku,
“Aku enggak sangka ternyata Rendy bohong sama aku.
Aku enggak suka dibohongi. Aku mau putus sama dia.”
Malam
yang panjang dan menyedihkan bagi Fira itu telah dilalui dengan rasa gundah
didada menahan rasa sakit yang tiada tara karena sosok pujaan telah berani
membohongi dan mematahkan kepercayaan darinya. Keesokan harinya Fira memintaku
untuk mengantarkannya ke rumah Rendy.
(Tok tok tok....)
Saat Fira mengetuk
pintu, tiba-tiba yang membukakan pintu rumah Rendy ternyata perempuan yang
semalam aku lihat bersama Rendy. Spontan Fira langsung menanyakan dengan
kasarnya.
“Kamu siapa? Kok ada di rumah Rendy? Kamu pacarnya
Rendy? Selingkuhannya Rendy? Atau simpanannya?” Ujar Fira,
“Aku.....
“Dia saudaraku yang datang dari Surabaya.” Potong
Rendy yang tiba-tiba datang,
“Kamu bohong! Kenapa kamu gak bilang sama aku? Ini
pasti selingkuhanmu! Sebab itu kamu menghilang akhir-akhir ini. Dasar playboy!
Aku mau putus!” Ucap Fira,
“Sudah-sudah Fir, jangan emosi, gak enak di rumah
orang ini.” Ucapku menenangkan Fira,
“Kamu siapa? Kok dateng sama Fira?” Tanya Rendy
kepadaku,
“Aku sahabatnya Fira....
“Dan dia yang ngasih tau selingkuhanmu ini
kepadaku.” Potong Fira,
“Oh jadi kamu yang menyebarkan fitnah ini?” Ujar
Rendy,
“Iya kak, ini fitnah, aku memang saudaranya mas
Rendy, aku dititipkan kesini karena orang tuaku yang ada di Surabaya bakal ke
luar negeri. Sebab itu aku ada disini dan baru sampai kemarin.” Ucap Perempuan
itu,
“Jadi benar seperti itu Ren?” Tanya Fira,
“Iya benar lah. Aku belum bilang sama kamu karena
hpku sedang di service.” Jawab Rendy,
“Kenapa Wan? Kenapa kamu fitnah Rendy kaya gini?”
Tanya Fira,
“Mungkin karena dia suka sama kamu dan mau kalo kita
putus.” Ujar Rendy,
“Apakah benar seperti itu Wan?” Tanya Fira lagi,
“Iya benar! Semua itu memang benar! Aku memang sudah
suka sejak lama sama kamu Fir, dan aku enggak mau kalo kamu pacaran sama
playboy cap gorila ini! Sekali playboy tetap aja playboy!” Pengakuanku,
“Tapi enggak gini caranya Wan... bukan dengan cara
fitnah seperti ini. Aku bener-bener kecewa sama kamu. Persahabatan kita cukup
sampai disini saja dan silakan kamu pergi.” Ucap Fira,
Aku
tidak menjawab perkataan Fira dan langsung segera pergi dari tempat itu dengan
langkah penyesalan sebagai alasnya. “Kenapa aku ini? Kenapa aku sebodoh ini?
Aku telah menghancurkan semua!” Ucap hati berbisik sendiri.
Semenjak
kejadian itu, aku sudah tidak lagi berkomunikasi dengan Fira. Dia menjauh dariku
dan tetap bersama Rendy. Aku hanya pasrah menerima semua ini. Aku sudah tidak
ada kuasa untuk memperbaiki kesalahanku ini. Kesalahan yang tidak termaafkan.
Hampa, sunyi kurasa dalam menjalani langkah demi langkah yang ku lalui bila tak
bersamanya. Harus terbiasa tanpa dirinya, tak boleh bergantung pada dia yang
sudah tak lagi peduli akan fisik, dan perasaan ini. Padahal aku ingin yang
terbaik untuknya, dan aku bisa berikan itu walau melalui status sahabat ini,
Fir.
Tak
terasa 1 tahun sudah, dan aku pun sudah melupakan kejadian itu. Aku sudah mulai
senang dengan duniaku yang baru ini dan sudah terbiasa dengan tanpa kehadiran
Fira dihidupku, tak seperti dulu. Kini aku sendiri, hanya Joko yang dapat mengerti
dan menemani dikala kesepian melanda. Kami masih saling nongkrong bersama
menghabiskan waktu di kafe langganan kami.
“Wan, aku tadi lihat Rendy sedang bermesraan dengan
seorang wanita. Kali ini beda, bukan perempuan yang kamu lihat dulu. Ini aku
dapat foto mereka berdua sedang bermesraan di meja pojok.”
“Ah biarlah Jok, aku sudah tak lagi peduli. Paling
wanita itu saudaranya lagi, aku gak mau fitnah lagi.”
“Enggak Wan, kali ini beda. Mereka terlihat sebaya
dan coba kamu lihat betapa mesranya mereka di foto ini.”
“Wah, iya juga ya. Kita selidiki yuk, siapa tau yang
ini bukan fitnah.”
Kemudian
aku mengintip mereka yang sedang bermesraan di salah satu meja kafe. Aku juga
merekam aktifitas mereka. Mulai dari saling suap, saling belai, yang tak kalah
mengagetkan mereka sempat berciuman! Ini tidak bisa dibiarkan. Benar-benar
sudah keterlaluan dan aku harus segera melapor ke Fira. Tapi masalah yang
sebenarnya baru saja muncul, bagaimana cara membuktikannya kepada Fira,
sedangkan Fira sudah tidak mau lagi bertemu denganku.
“Kita kirim saja rekaman ini ke sosial media milik
Fira.” Ujar Joko,
“Gak bisa Jok, semua sosial mediaku yang berhubungan
dengan dia sudah di blokir. Gimana kalo pake sosial mediamu saja untuk
mengirimnya.” Ucapku,
“Yaelah Wan, kamu tau sendiri aku gak punya sosial
media-_-“ Jawab Joko,
“Terus gimana ya Jok?”
“Ya udah, biar aku coba telfon Fira deh. Siapa tau
diangkat.”
(Tuttttttt.....)
“Hallo, siapa ya?”
“Ini aku Joko, temennya Wawan yang waktu itu ke
rumahmu sama dia. Aku mau bicara sama kamu, penting.”
“Ada apa ya? Bicara ditelfon saja, udah malem.”
“Jadi gini, aku tadi liat Rendy sedang bermesraan
dengan seorang wanita. Mereka saling suap, saling belai, bahkan mereka..... ah
sudahlah pokoknya mereka sangat mesra, aku punya buktinya.”
“Fitnah apa lagi ini? Udah lah aku gak percaya lagi sama
kalian. Jangan kasih fitnah apa-apa lagi tentang Rendy ke aku. Bye.”
(Tuttt tuttt tutt....)
Telfon
Joko diputus oleh Fira. Sepertinya Fira memang sudah tidak lagi percaya kepada
kami berdua karena kesalahan dulu tidak dapat termaafkan oleh Fira.
“Ya udah lah, hapus aja rekamannya Jok, percuma.
Fira udah enggak percaya. Kita pulang aja, aku udah males disini.”
“Ya oke deh Wan aku nurut apa katamu.”
Siang
berganti malam, malam berganti siang. Begitu seterusnya sampai hari ini sudah 1
bulan dari kejadian malam itu yang mengecewakan karena Fira telah mengacuhkan
niat baik dari diriku.
(Tokk tok tok...)
“Wawan....”
Aku
seperti mendengar suara Fira dari arah depan. Tapi mana mungkin Fira datang ke rumahku.
Secara, dia sudah tak lagi ingin bertemu denganku. Mungkin rindu ini yang
menyebabkan aku berhalusinasi di siang bolong gini.
“Wawan!”
Suara
yang mirip Fira itu semakin keras dan semakin terdengar jelas. Aku keluar
karena penasaran. Ketika aku keluar ternyata benar itu Fira. Belum aku bertanya
kepadanya, Fira langsung memelukku dengan tetesan air mata yang membasahi
pipinya dan kemudian jatuh sedikit membasahi kaos oblong yang sedang aku
kenakan.
“Sudah, sudah. Ada apa sebenernya Fira? Ceritakan
kepadaku.”
“Kamu masih nyimpen bukti kemesraan Rendy malam itu
gak? Yang katanya kamu mau berikan kepadaku sebagai bukti.”
Langsung
saja aku mengecek hp dan ternyata yang tersisa hanyalah foto-fotonya saja
karena rekaman malam itu memang sudah di hapus.
“Aku cuma ada foto-fotonya aja yang masih kesimpen
nih.”
“Tuhkan bener, ini cewek yang sama kaya aku lihat
barusan. Jadi barusan aku makan siang bareng mamah di kafe yang biasa. Terus
enggak sengaja aku lihat Rendy bersama cewek yang ada di foto ini. Mereka
bener-bener mesra sama seperti yang waktu itu Joko beri tau.”
“Kamu yakin ini bukan fitnah yang aku sebabkan lagi?”
“Aku juga gak tau fitnah atau enggak. Cuma ada satu
cara membuktikannya. Mari kita selidiki bersama.”
“Bersama? Kamu dan aku? Tapi kan, bukannya kamu udah
gak mau ketemu aku lagi?”
“Udah lah Wan, jangan kaya anak kecil. Ini bukan
saatnya membahas itu. Aku mau bukti Rendy ini. Kamu mau bantu aku atau enggak?”
“Iya deh aku mau bantu.”
Kami
menyusun rencana bersama, banyak kami berdebat untuk memperoleh keputusan yang
bulat untuk rencana ini. Jujur saja aku kembali senang dengan sikap Fira yang
kembali cair kepadaku. Seakan dia sudah kembali seperti sedia kala. Walaupun
ini baru awal dia ketemu aku, bisa saja besok sudah tidak lagi ingin bertemu
denganku. Akhirnya kami menemukan rencana yang ideal untuk menjebak Rendy. Kami
akan menjalankan rencana pada sore hari.
(Tibalah saatnya melaksanakan rencana....)
Kami
datang ke kafe yang biasa melihat Rendy. Aku datang bersama Fira dengan harapan
bisa melihat atau bertemu Rendy bersama wanita itu lagi. 2 jam kami menunggu,
ternyata benar. Rendy datang bersama wanita itu lagi. Kami tunggu sampai
suasana tenang dulu baru melaksanakan rencana selanjutnya.
“Rendy, kamu lagi dimana?” Sms Fira kepada Rendy,
tapi Rendy tidak membalas. Akhirnya Fira memberanikan diri untuk menelfon
Rendy.
“Hallo Rendy kamu lagi dimana?”
“Eh Fira, ada apa? Aku lagi di rumah saudara.”
Jelas Rendy menutupi
perbincangan di telfon itu karena dia menjauhi wanita yang sedang bersamanya
itu, agar dia tidak mengetahui apa yang sedang dibicarakan Rendy.
“Aku mau ketemu kamu sekarang ya kita ketemu di toko
buah depan rumahku.”
“Enggak bisa sekarang Fira, aku lagi merawat
saudaraku yang lagi sakit.”
Jelas lagi terlihat
bahwa Rendy berbohong. Rendy menutupi fakta yang sebenarnya dia lakukan malam
itu. Fira langsung menutup telfonnya dan berkata kepadaku.
“Kamu benar Wan, kali ini memang bukan finah. Mari
kita selesaikan bersama.”
Fira langsung menuju
meja yang sedang diduduki oleh Rendy dengan tergesa-gesanya.
(Dubrakkkk....) suara bantingan tangan ke arah meja
Rendy.
“Jadi ini? Jadi disini rumah saudara kamu?”
“Bu..bukaan gitu...
“Jadi wanita itu yang kamu bilang sakit? Yang kamu
bilang bakal merawatnya? Cantik gini ya.”
“Bisa aku jelasin semua kok Firaaa.”
“Udah nggak ada yang harus kamu jelasin. Kamu
sekarang bohong sama aku, dan aku sangat benci kebohongan. Mungkin benar dulu
Wawan udah fitnah ke kamu. Tapi perkataan Wawan dulu ada benernya kalo sekali
playboy tetep aja playboy!”
“Oh jadi ini semua karena ulah kamu lagi Wan? Dasar
kurang ajar!”
Rendy
melontarkan pukulan kerasnya ke arah hidungku sampai mengeluarkan darah cukup
banyak. Aku tak dapat berkutik karena
menahan sakit ini. Bukan aku yang membalas Rendy melainkan Fira yang menendang
perut Rendy sampai terjungkal jatuh.
“Rasakan itu! Aku mau putus sama kamu! Jangan ganggu
aku lagi!”
Kami
meninggalkan Rendy yang sedang terkapar itu. Fira menuntunku keluar dan
memberikanku sapu tangan untuk membersihkan darah yang masih saja keluar dari
hidungku.
“Maaf ya Wan, gara-gara aku kamu jadi gini.”
“Enggak papa kok Fir, memang sudah seharusnya sebagai
seorang sahabat itu membantu sahabatnya yang lagi kesusahan, senang bisa
membantu ^_^.”
“Sahabat ya Wan. Jadi kita sahabatan lagi?”
“Iya kan Fir? Aku mau sahabatan lagi sama kamu dan
aku janji tidak akan merusak persahabatan kita lagi. Aku takut kehilangan kamu
untuk yang kedua kalinya.”
“Makasih ya Wan, kamu baik banget. Aku menyesal
pernah bilang kasar dulu ke kamu. Iya kita sahabatan kaya dulu lagi hehe.”
Fira
memelukku sebagai tanda bahwa dia sudah tidak lagi marah dan menerimaku lagi
sebagai sahabatnya. Aku senang semua bisa kembali seperti sedia kala. Aku tidak
menyesal menjadi sahabat Fira. Aku juga tidak menyesal karena tidak bisa
menjadi pacar Fira. Aku tau kalo pacar bisa kapan saja putus. Tapi sahabat bisa
sampai kapanpun dan aku menjamin kali ini tidak akan sampai rusak persahabatan
ini.
Posting Komentar
2 Komentar
ini kisah nyata dari authornya atau gimana sih? Fira itu temen kamu? atau cuma penokohan aja? keren keren :)
BalasHapusPenokohan aja hehe thanks bro :)
Hapus